Pilpres dan Pileg telah usai, berbagai fitnah HOAKS dan sejenisnya telah tenggelam
oleh waktu karena bersifat kontemporer. Tapi justru yang lebih berbahaya adalah
HOAKS pasca Pilpres / Pileg, mengapa demikian ? Tak lain pasca Pilpres dan
Pileg inilah mempunyai rentang waktu 5 tahun ke depan.
Pada segelintir orang tentunya
ada rasa tidak puas dengan hasil pesta demokrasi lima tahunan yang dikemas
dalam Pilpres dan Pileg beberapa bulan lalu. Bibit-bibit inilah yang nantinya
akan menjadi “penyerang” pemerintahan yang sah. Tidaklah mengapa jika menjadi
oposoisis yang baik sebagai penyeimbang pemerintahan. Yang membahayakan jika
rasa ketidakpuasan segelintir orang tersebut memanfaatkan kaum awam sebagai
sasaran berita bohong atau yang lebih kita kenal sebagai HOAKS.
Pada situasi dan kondisi seperti
inilah HOAKS bisa menjadi senjata ampuh bagi yang menginginkan ketidak
harmonisan dalam berbangsa dan bernegara. Dunia maya dimana teknologi informasi berkembang merupakan dunia yang
mempunyai kekuatan dahsyat walau keberadaannya tidak terlihat. Berbicara
tentang HOAKS di sosial medis sebagai corongnya dunia maya bagaikan tajamnya
mata pisau yang siap menyayat. Jika pemegang pisau tersebut mempunyai jiwa yang
luhur dan mempunyai wawasan luas tentulah akan mampu mengendalikan diri dengan
keberadaan HOAKS yang setiap saat menghampirinya. Tapi sebaliknya jika pemegang
mata pisau yang siap menyayat tersebut mempunyai jiwa yang kerdil dan labil tentu
akan dengan sangat mudah terpengaruh ataupun terprovokasi oleh berbagai HOAKS
yang menghampirinya.
Mengenal Sekolah Sosial Media
Salah satu cara untuk mengendalikan
dan meminimalisir HOAKS adalah dengan adanya pendididkan terprogram bagi
penghuni dunia maya (pemakai IPTEK), tidak dapat dipungkiri bahwa teknologi informasi akan
terus berkembang sejalan dengan penemuan-penemuan terbaru dibidang informasi.
Sejauh ini masih minim sosialisasi tentang dunia informasi yang sedang
berkembang dewasa ini terutama cara bijak dalam bersosial media.
Tidak saja didodminasi oleh orang
dewasa sebagai pemakai teknologi informasi, tapi mulai dari balita sudah
mengenal yang namanya smartphone sebagai sarana mengenal dunia maya ini. Jadi
memang sangat rentan dengan pelanggaran-pelanggaran yang nantinya akan terjadi
di sosial media.
Hoaks, ujaran kebencian, caci
maki dan lain sebagainya kerap kali kita dengar di sosial media. Baik disengaja
atau tidak disengaja tentu pelaku akan terkena pasal-pasal UU ITE dan setelah
diproses berdalih khilaf. Ada beberapa kemungkinan yang terjadi bila sudah
demikian yaitu memang sengaja dalam penyebaran hoaks, atau memang terbawa arus
emosi sesaat hingga terjerumus ke dalam proses UU ITE yang mereka tidak pahami.
Dari kasus inilah perlu sosialisasi
atau sekolah Sosial Media untuk pemahaman atau batasan layak tidaknya dalam
bersiosial media sebagai corongnya dunia maya. Untuk mencapai sasaran sampai
kalangan bawah bisa dimulai dari tingkat kabupaten dengan beberapa relawan dan
sampai pada tingkat RT dengan relawan yang siap berjuang untuk memelekkan warga terhadap teknologi informasi.
Sudah disinggung di atas bahwa
pengguna internet sudah bukan orang-orang dewasa saja yang memakai tapi realita di lapangan anak-anak balitapun sudah mengenal smartphone. Jadi bukan
tidak mungkin kelabilan anak-anak ini bisa
sebagai penyambung HOAKS yang ditebarkan oleh oknum-oknum yang ingin membuat
kekacauan.
Dengan diadakannya Sekolah Sosial Media ini diharapkan akan mampu menyaring berita-berita miring yang menjurus
pada ketidakstabilan bermasyarakat yang nantinya akan merugikan diri sendiri.
Akan lebih baiknya jika di setiap RT ada relawan yang paham teknologi informasi yang siap sedia
sebagai tempat rujukan.
Bisakah Sekolah Sosial Media diadakan ?
Why not ! Mengapa tidak. Di era
milenial ini yang serba online dan banyaknya kemudahan-kemudahan yang
ditimbulkan dengan seutas jaringan internet mungkin kelihatan lucu bila
mendengar adanya Sekolah Sosmed. Tapi jika kita amati dari berkembangnya dunia
informasi seperti sekarang ini adakalanya ada yang belum siap menerima
kemajuan tersebut. Jadi untuk memberikan
pendidikan dalam bersosial media yang memanfaatkan teknologi informasi
tentulah sangat diperluakan baik bagi person pengguna sendiri maupun untuk
menjaga stabilitas berbangsa dan bernegara.
Kita telah mengenal toko online,
ojek online, sekolah online, seminar online kursus online dan sebagainya yang
memudahkan dalam berkehidupan bermasyarakat. Untuk mempersiapkan itu semua
diperlukan pendidikan yang memadai bagi setiap individu pemakai teknologi informasi
pada umumnya dan pengguna Sosial Media pada khususnya.(Goes)
Sampit, 19 Agustus 2019
Bagus Sugiarto
Penulis / Blogger Sampit - Kalimantan Tengah